Hajriyanto Y Thohari yang merupakan
Ketua DPP Partai Golkar mengatakan jika di internal Partai Golkar sekarang ini
sedang ada adu kekuatan untuk menanggapi hasil pemilu presiden 2014 lalu dan
menghadapi regenerasi kepemimpinan di Golkar. Ya, waktu pelaksanaan musyawarah nasional (munas) untuk menggantikan ketua umum memang tergantung pada kekuatan
dari kedua kelompok di internal Partai Golkar. Kedua kelompok itu, yaitu yang
berpegangan teguh pada keputusan Munas di Pekanbaru pada tahun 2009 (munas
selanjutnya 2015) dan kelompok yang berpegangan pada Anggaran Dasar dan
Anggatan Rumah Tangga partai (munas selanjutnya 2014).
Hajriyanto Y Thohari mengatakan, maka
dari itu ia dapat mengatakan jika ini adalah adu kekuatan antara dua kubu, dan
itu berlegal formal. Seperti yang ditemui di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta
Hajriyanto mengungkapkan sebenarnya kuat-kuatnya itu juga dilihat secara
politik, yakni antara pihak yang ingin beroposisi, berada di luar pemerintahan,
dan kelompok yang ingin berkoalisi dan berada di dalam pemerintahan.
Hajriyanto
mengutarakan, jika munas berikutnya tergantung pada pendapat DPD di dalam rapat
pimpinan (rapim). Wakil Ketua MPR itu menilai, jika di Partai Golkar,
pelaksanaan Munas itu harus didahului dengan Rapim. Rapim itu pesertanya dari
DPD. Jika DPD meminta diselenggarakan, maka Munas akan digelar. Maka dari itu
apabila tidak ada yang meminta, maka Munas akan diselenggarakan pada tahun 2015
nanti. Untuk menanggapi mengenai beberapa tokoh yang menyatakan kesiapan
dirinya untuk menjadi ketua Golkar, Hajriyanto pun berpendapat bahwa hal itu
merupakan sebuah fenomena yang sangat baik.
Hajriyanto
lebih mengapresiasi lagi adanya kalangan muda yang berani menawarkan diri untuk
menjadi pemimpin partai. Menurutnya, hal itu menunjukkan adanya tanda-tanda
kehidupan dari Partai Golkar yang masih ada. Sebab jika sudah tidak ada lagi
yang mempunyai antusiasme untuk menjadi ketua umum, maka itu baru menunjukkan
tanda kematian dari sebuah partai..
Post a Comment